Banyak orang bilang “Kalau mau kaya, jangan lama-lama jadi karyawan. Keluar
dan bukalah usaha sendiri.” Pertanyaannya: betulkah bekerja sebagai karyawan
tidak bisa membuat Anda jadi kaya? Jawabannya: ternyata tidak betul…!
Ada 5 kiat agar seorang karyawan bisa jadi kaya:
1. Beli & Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif,
2. Atur Pengeluaran Anda,
3. Hati-hati dengan Utang,
4. Sisihkan untuk Masa Depan,
5. Miliki Proteksi.
"Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?”
Pertama-tama, mungkin Anda kaget membaca judul buku ini.
Ya, buat saya, memang tidak mudah memberikan pernyataan menantang seperti itu,
apalagi kalau harus saya tulis di sampul buku. Akan tetapi, harus kita akui, beberapa
tahun terakhir ini, masyarakat kita seperti dibombarbir pernyataan-pernyataan yang
memekakkan telinga seperti ini:
“Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian …”
“Mau kaya? Jangan jadi karyawan …”
“Buka Usaha Sendiri adalah kunci menuju kekayaan …”
“Kerja jadi karyawan mah gak akan bisa kaya …”
“Penghasilan gue sih segini-segini aja. Nggak akan pernah bisa gede.Maklum, kuli…”
… dan seterusnya.
Kalau Anda perhatikan, pernyataan-pernyataan tersebut kebanyakan diungkapkan
oleh mereka yang ingin memotivasi Anda bahwa kalau mau kaya, Anda harus
mempunyai usaha sendiri. Bahkan, bukan satu dua kali saya melihat buku-buku yang membahas pentingnya
Anda membuka usaha sendiri kalau ingin kaya. Saya tidak melihat satu pun karyawan yang mencoba membantah opini itu secara
terang-terangan di ruang publik, baik berupa pemikiran di media cetak, media
elektronik maupun di buku seperti yang akhirnya saya tulis sekarang.
Kebanyakan mereka hanya diam, bahkan mungkin setuju dengan penyataan itu.
Nah, repotnya, bagi kebanyakan orang sulit untuk tidak mendapatkan penghasilan
kalau tidak menjadi karyawan. Banyak di antara mereka yang walaupun memiliki modal untuk bisa buka usaha lebih memilih bekerja sebagai karyawan agar bisa
mendapatkan penghasilan rutin dan tetap. Banyak dari mereka yang memutuskan
menjadi karyawan karena merasa tidak mempunyai bakat bahkan tidak mempunyai
keinginan untuk membuka usaha. Menjadi karyawan, bagaimanapun, adalah
keinginan terbesar yang muncul pada sebagian besar orang di perkotaan bila ingin
mendapatkan penghasilan. Bahkan mereka yang lulusan dari perguruan tinggi terkenal pun sering kali tidak ingin
menjadi pengusaha; mereka hanya ingin bekerja sebagai karyawan.
Saya tahu ada banyak motivasi yang diberikan orang-orang di sekitar Anda tentang
pentingnya Anda membuka dan menjadi owner dari usaha milik Anda sendiri.
Terhadap keinginan itu, saya hanya ingin mengatakan bahwa kalau Anda memang
mau menjadi pemilik usaha, ya nggak apa-apa. Namun, tidak ada salahnya juga ‘kan
kalau Anda tetap memutuskan untuk menjadi karyawan? Iya dong.
Menjadi karyawan adalah pilihan yang harus dihormati. Logikanya saja
deh, kalau tidak ada orang yang mau jadi karyawan di dunia ini, siapa yang akan
menjalankan bisnis? Tidak ada, kan? Jadi, kalau Anda seorang karyawan, jangan mau
terprovokasi tentang tidak perlunya menjadi karyawan lama-lama. Oleh karena,
bagaimanapun, karyawan dan pengusaha adalah mitra yang sama-sama menjalankan
bisnis. Cuma saja, karyawan tentu saja memiliki hak yang berbeda dengan si pengusaha. Si
pengusaha, yang biasanya pada awalnya juga menjadi pimpinan di perusahaan
tersebut, berhak memecat si karyawan, sementara si karyawan tidak berhak memecat
bosnya. Satu lagi, banyak pendapat di luar sana terutama di kalangan wiraswastawan
yang sering kali “melecehkan” pekerjaan sebagai karyawan. Pelecehan utamanya adalah
bahwa dengan menjadi karyawan Anda tidak akan pernah bisa kaya.
Huh, kata siapa? Pertanyaan saya, pernahkah Anda melihat karyawan yang kaya? Jangan bilang tidak
pernah. Saya pernah melihatnya. Bahkan sering. Bukan satu dua kali saya melihat ada
banyak karyawan yang bisa hidup makmur, dan tetap menjadi karyawan sampai
pensiun. Sebaliknya, banyak juga di antara karyawan yang kebetulan belum makmur,
kemudian mereka datang ke kantor kami, berkonsultasi, dan setelah itu, dalam
beberapa tahun ia mulai bisa menumpuk kekayaan satu demi satu. Dari sinilah saya
lalu berani mengeluarkan kesimpulan: “Jadi karyawan juga bisa kaya ….”
***
Sebelum memberi tahu bagaimana caranya seorang karyawan bisa mencapai
kekayaan, saya ingin memberi tahu terlebih dahulu tentang kesalah pahaman yang
selama ini terjadi di masyarakat kita. Bahkan, kesalah pahaman ini kadang-kadang
melekat dan tertulis pada kebanyakan buku wirausaha yang sering kali menyarankan
orang untuk tidak menjadi karyawan kalau ingin kaya. Apa itu? Yaitu, banyak orang
yang menyamakan kata “kaya” dengan “penghasilan tinggi”.
Kalau orang mengatakan bahwa “Jika Anda mau kaya, jangan jadi karyawan”,
maksud sebenarnya adalah bahwa “Kalau Anda mau penghasilan tinggi,ya jangan
jadi karyawan karena penghasilan Anda biasanya terbatas dan dijatah oleh orang lain.
Dengan demikian, kalau menunggu penghasilan Anda tinggi mungkin masih akan
sangat lama.” Lihat bedanya? “Penghasilan Tinggi” adalah bahwa Anda mendapatkan uang masuk
(cash flow) yang besar setiap bulan, sedangkan “Kaya” adalah seberapa banyak Anda
bisa menyisihkan, menyimpan, dan menumpuk aset dari penghasilan yang Anda
dapatkan. Jadi, perbedaannya: kata “Penghasilan Tinggi” berhubungan dengan
cashflow, sementara kata “Kaya” berkaitan dengan seberapa banyak aset yang bisa Anda
dapatkan dari penghasilan tinggi itu.
Nah, masalahnya, dari pengalaman saya, sering kali “penghasilan tinggi” tidak
menjamin Anda bisa “kaya”. Saya sering melihat ada banyak orang yang punya
penghasilan tinggi, bahkan sangat tinggi, entah di kantor atau di bisnisnya, tapi karena
dia tidak bisa mengelola uangnya (entah karena boros atau karena
nggak pinter mengelola), dia tidak juga kaya. Sebaliknya, saya sering melihat ada banyak orang
yang penghasilannya terbatas, tapi karena dia pintar mengelola, dia bisa hidup kaya
dan makmur. Contohnya, banyak pengusaha sekali lagi, pengusaha yang biarpun punya
pemasukan besar dari usahanya, tetapi hidup sangat boros. Akhirnya, ia tidak pernah
bisa memiliki aset apa-apa dan tidak pernah bisa “Kaya” karena penghasilannya selalu
habis. Sebaliknya, banyak karyawan sekali lagi, karyawan yang penghasilannya
terbatas, tapi karena dia bisa mengelola penghasilan dengan sangat baik, dia bisa
mengembangkan uangnya yang sedikit itu menjadi besar dan akhirnya bisa “kaya”. Di
usia tua, dia malah bisa hidup makmur.
Kesimpulannya?
“Karyawan memang memiliki keterbatasan dalam hal penghasilan. Namun, untuk
menjadi kaya, Anda tidak perlu harus menunggu sampai punya penghasilan besar.
Anda tetap bisa kaya berapa pun penghasilan Anda karena kemampuan Anda
mengumpulkan kekayaan tidak dilihat dari berapa besarnya penghasilan, tapi dari
bagaimana Anda mengelola penghasilan itu.” Mantaaap.
Jadi, mulai sekarang, kalau Anda kebetulan berprofesi sebagai seorang karyawan,
jangan lagi pernah minder kalau bertemu dengan teman Anda yang pengusaha. Teman
Anda yang pengusaha mungkin saja punya penghasilan yang besar dan tidak terbatas
hingga bisa berkali-kali lipat penghasilan Anda sebagai karyawan.
Namun, kalau dalam soal mengelola penghasilan, dia belum tentu lebih baik dari
Anda sehingga bisa saja Anda-lah yang lebih kaya dalam soal finansial daripada
teman Anda yang pengusaha itu. Banyak koq karyawan yang sudah bisa mencapai
banyak hal dalam hidupnya, seperti rumah sendiri, kendaraan sendiri, tabungan,
deposito, dan sejumlah investasi lain, sementara temannya yang pengusaha yang
usianya sama dan sudah lama menjalankan usahanya belum mencapai apa-apa dalam
hidupnya, padahal penghasilan usahanya cukup besar.
Jadi, bedakan antara “kaya” dan “penghasilan tinggi”. Itu adalah 2 hal yang sangat
berbeda.Anda tetap bisa kaya walaupun bekerja sebagai seorang karyawan. Asyik, kan?
***
Dengan demikian, kalau menunggu penghasilan Anda tinggi mungkin masih akan
sangat lama.” Lihat bedanya? “Penghasilan Tinggi” adalah bahwa Anda mendapatkan uang masuk
(cash flow) yang besar setiap bulan, sedangkan “Kaya” adalah seberapa banyak Anda
bisa menyisihkan, menyimpan, dan menumpuk aset dari penghasilan yang Anda
dapatkan. Jadi, perbedaannya: kata “Penghasilan Tinggi” berhubungan dengan
cashflow, sementara kata “Kaya” berkaitan dengan seberapa banyak aset yang bisa Anda
dapatkan dari penghasilan tinggi itu.
Nah, masalahnya, dari pengalaman saya, sering kali “penghasilan tinggi” tidak
menjamin Anda bisa “kaya”. Saya sering melihat ada banyak orang yang punya
penghasilan tinggi, bahkan sangat tinggi, entah di kantor atau di bisnisnya, tapi karena
dia tidak bisa mengelola uangnya (entah karena boros atau karena
nggak pinter mengelola), dia tidak juga kaya. Sebaliknya, saya sering melihat ada banyak orang
yang penghasilannya terbatas, tapi karena dia pintar mengelola, dia bisa hidup kaya
dan makmur. Contohnya, banyak pengusaha sekali lagi, pengusaha yang biarpun punya
pemasukan besar dari usahanya, tetapi hidup sangat boros. Akhirnya, ia tidak pernah
bisa memiliki aset apa-apa dan tidak pernah bisa “Kaya” karena penghasilannya selalu
habis. Sebaliknya, banyak karyawan sekali lagi, karyawan yang penghasilannya
terbatas, tapi karena dia bisa mengelola penghasilan dengan sangat baik, dia bisa
mengembangkan uangnya yang sedikit itu menjadi besar dan akhirnya bisa “kaya”. Di
usia tua, dia malah bisa hidup makmur.
Kesimpulannya?
“Karyawan memang memiliki keterbatasan dalam hal penghasilan. Namun, untuk
menjadi kaya, Anda tidak perlu harus menunggu sampai punya penghasilan besar.
Anda tetap bisa kaya berapa pun penghasilan Anda karena kemampuan Anda
mengumpulkan kekayaan tidak dilihat dari berapa besarnya penghasilan, tapi dari
bagaimana Anda mengelola penghasilan itu.” Mantaaap.
Jadi, mulai sekarang, kalau Anda kebetulan berprofesi sebagai seorang karyawan,
jangan lagi pernah minder kalau bertemu dengan teman Anda yang pengusaha. Teman
Anda yang pengusaha mungkin saja punya penghasilan yang besar dan tidak terbatas
hingga bisa berkali-kali lipat penghasilan Anda sebagai karyawan.
Namun, kalau dalam soal mengelola penghasilan, dia belum tentu lebih baik dari
Anda sehingga bisa saja Anda-lah yang lebih kaya dalam soal finansial daripada
teman Anda yang pengusaha itu. Banyak koq karyawan yang sudah bisa mencapai
banyak hal dalam hidupnya, seperti rumah sendiri, kendaraan sendiri, tabungan,
deposito, dan sejumlah investasi lain, sementara temannya yang pengusaha yang
usianya sama dan sudah lama menjalankan usahanya belum mencapai apa-apa dalam
hidupnya, padahal penghasilan usahanya cukup besar.
Jadi, bedakan antara “kaya” dan “penghasilan tinggi”. Itu adalah 2 hal yang sangat
berbeda.Anda tetap bisa kaya walaupun bekerja sebagai seorang karyawan. Asyik, kan?
***