![]() |
Aneka Jati Prima welcome on Semen Indonesia Expo |
"Total produksi jati jenis hara yang berkualitas tertinggi cukup besar, tapi daya serap konsumen industri perkayuan sangat kecil. Hanya 10.000 m3 hingga 15.000 m3 per tahun," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Perum Perhutani, Upiek Rosalina Wasrin seusai acara serah terima pengelolaan kawasan hutan menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo, kemarin.
Kayu jati jenis hara, katanya, berkualitas tinggi untuk pembuatan plywood dan produksi industri perkayuan lainnya. "Saya yakin kayu jati hara banyak pembelinya dari sejumlah negara maju yang mempunyai daya beli tinggi."
Daya serap kayu jati jenis hara, menurut Upiek, sangat kecil karena harga dan kualitasnya yang tinggi. "Tidak banyak pengusaha di dalam negeri yang memanfaatkan kayu jati jenis tersebut yang harganya berkisar Rp9 juta hingga Rp12 juta per m3," ungkapnya.
Menghadapi krisis keuangan global, lanjut Upiek, permintaan kayu jati hara semakin berkurang. "Untuk itu, kami sudah melakukan pertemuan dengan Menteri Kehutanan M.S.Kaban agar kayu jati jenis hara yang kelebihan pasokan di dalam negeri dapat diekspor."
Ekspor log jenis jati, lanjut Upeik, bisa meningkatkan pendapatan bagi badan usaha milik negara (BUMN) milik Departemen Kehutanan tersebut.
"Harga log jati jenis hara di pasar internasional bisa mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta per m3. Lumayan untuk pemasukan kas negara," katanya.
Menurut dia, penjualan kayu jati log yang selama ini dilakukan di pasar internasional dilakukan melalui Forest Stewardship Council (FSC) yang menyelenggarakan pelelangan di Vietnam dan Burma.
"Saya optimistis jika Perum Perhutani sudah memperoleh sertifikasi melalui FSC sekitar Februari mendatang, saya yakin harga jual jati Perhutani lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan negara lain."
Upiek menjelaskan kinerja Perum Perhutani tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan pendapatan pada 2007. Pendapatan Perhutani pada 2008 adalah sebesar Rp2,4 triliun naik 18% jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya sebesar Rp2 triliun.
"Peningkatan ini masih didominasi penjualan kayu bulat, sementara Perhutani masih dalam tahap revitalisasi."
Menurut dia, Perhutani memfokuskan pengelolaan hutan 19% dari luas daratan Pulau Jawa seluas 13 juta hektare (ha).
"Perhutani mengembangkan beberapa jenis jati unggul dan jati biasa, juga tanaman fast growing agar cepat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dengan menanam pinus, mahoni, akasia, mindi dan karet."
![]() |
Aneka Jati Prima Manager dengan Bpk. Samhari Bupati Gresik |
0 comments:
Post a Comment