RANCANGAN RISET PELUANG PASAR FURNITURE GLOBAL ANEKA JATI PRIMA
Pada dasarnya peluang pasar itu tidak stagnan. Karena itu informasi pasar pada suatu waktu, belum tentu bisa dipakai pada waktu yang lain, karena ada perubahan. Namun biasanya permintaan suatu bangsa akan barang memiliki siklus panjang dan siklus pendeknya sendiri. Siklus panjang biasanya berkenaan dengan besaran permintaan, yang dipengaruhi oleh variabel yang perkembangannya lebih lambat. Sedangkan siklus pendek biasanya berkenaan dengan selera yang cepat sekali berubah. Karena itu, informasi pasar perlu diupdate setiap tahun, atau bahkan bulan atau minggu.
Adapun informasi yang dicari adalah informasi yang membantu untuk memahami peluang pasar. Memang diperlukan teori untuk mengidentifikasi jenis informasi yang relevan untuk mengenali peluang pasar. Namun teori ini tidak dimaksudkan untuk kajian teoritis semata, melainkan sebagai panduan untuk melakukan pengembangan pasar. Pembuktian yang ingin dilakukan tidak berfokus kepada hubungan antar variabel melainkan pada sejauh mana keberhasilan pengusaha furniture dalam merebut peluang (furniture demand).
Salah satu potensi ekonomi yang besar nilainya adalah industri furniture. Pada saat ekspor mengalami penurunan tajam saja, tahun 2002, industri furniture mampu menyumbang 57% dari seluruh sumbangan sektor Ekonomi Daerah. Industri ini juga punya daya serap tenaga kerja yang besar, yaitu sebesar 61% dari total tenaga kerja di sektor ekonomi swasta. Karena itu industri furniture layak menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
Ekspor furniture daerah mengalami penurunan tajam sejak tahun 2000 karena tidak terjadi pembelian kembali dari pembeli pada tahun sebelumnya. Hal ini bisa membawa dampak berantai bagi perekonomian daerah secara keseluruhan. Ada berbagai rintangan yang perlu diatasi berbagai pihak agar laju perkembangan industri furniture semakin meningkat.
Ekspor Mebel sempat mengalami pasang naik sejak tahun 1991 dan terus melesat tinggi hingga tahun 2000. Namun setelah itu, ekspor mebel menurun tajam dan belum bisa kembali meraih puncak siklus seperti di akhir tahun 1990an. Penurunan ini sangat mempengaruhi perekonomian daerah secara keseluruhan, karena di daerah tertentu seperti Jepara, Furniture tergolong tulang punggung industri yang cukup dominan. Penurunan ini memiliki dampak berantai bagi bisnis di sektor lain dan memperbanyak jumlah pengangguran.
Untuk membangkitkan kembali industri Furniture, diperlukan pengenalan yang lebih baik tentang kondisi internal dan eksternal. Pengenalan kondisi internal, baik kekuatan dan kelemahan, diperlukan untuk memperbaiki diri. Sedangkan pengenalan kondisi eksternal, baik peluang maupun ancaman perlu dilakukan untuk meraih kesempatan dan menghindari ancaman.
Industri Furniture di Jepara punya kekuatan dalam kemahiran ukiran. Walaupun demikian, ketika tingkat ekspor Furniture pada puncak-puncaknya, banyak konsumen luar negeri yang mengeluhkan kualitas furniture produk Jepara. Sehingga mereka tidak melakukan pembelian kembali (repeat customer) pada tahun berikutnya. Kelemahan lainnya adalah lemahnya program pemasaran industri furniture ini.
Pada umumnya pengusaha mencari pelanggan dengan menunggu calon pelanggan datang, atau dengan cara pameran.
Pasifnya program pemasaran ini patut disayangkan, karena dengan adanya teknologi informasi, informasi tentang peluang pasar lebih terjangkau.Dari pengalaman anjlok, kemudian naik, kemudian turun lagi, ditambah pengalaman tentang permasalahan di industri ini, bisa dikatakan, bahwa pada pesanan banyak, kontrol kualitas tidak diperhatikan dan membuat pelanggan kecewa. Namun ketika pesanan sedikit, kita bisa menjaga kualitas dengan lebih baik, dan ini menjadi dasar untuk naiknya pesanan.
Secara garis besar ada dua pembenahan yang perlu dilakukan.
1. Pertama, pembenahan manajemen untuk menjamin mutu, ketepatan waktu dan efisiensi baik pada saat sedikit order, maupun, terutama pada saat order melimpah. Kita harus siap menghadapi order yang melimpah. Pembenahan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk dan mendorong pembelian kembali (repeat customer).
2. Kedua, penggiatan marketing yang aktif berdasarkan pengenalan yang baik tentang peluang dan potensi pasar Furniture dunia. Selama ini kita tidak banyak mengetahui tentang peluang pasar dunia beserta perkembangannya. Kita lebih banyak Kesempatan untuk melakukan kedua agenda tersebut lebih terbuka pada saat sekarang, karena aktivitas ekspor tidak terlampau banyak. Kedua agenda tersebut adalah critical success factor yang perlu jadi kepedulian dan keterlibatan para stakeholder industri mebel, baik pemasok, pengrajin, eksportir, pemerintah, BDS dan lain-lain.
Dengan latar belakang tersebut, kami mengajukan program pengembangan Industri Furniture untuk mengisi kekosongan referensi kita tentang peluang pasar furniture di dunia dan meningkatkan kesiapan SDM dalam menghadapi permintaan yang lebih besar. Diharapkan dengan referensi ini bisa membantu pengusaha Mebel untuk melakukan pemasaran yang aktif dan membuat keputusan tepat bagi perkembangan usahanya:
Furniture model apa yang perlu dibuat? Kemana furniture tersebut dipasarkan? Bagaimana mempromosikannya? Bagaimana strategi harga yang sebaiknya dilakukan? Program pengembangan SDM berorientasi pada upaya pengawalan perkembangan permintaan, agar meningkatnya jumlah produksi tidak mengorbankan kualitas dan ketepatan barang yang dihasilkan. dengan manajemen yang lebih tertata.
Pandangan Aneka Jati Prima tentang Pemasaran Furniture
Semakin meningkat situasi ekonomi secara umum, semakin besar permintaan akan furniture.
Evolusi suku bunga : Furniture adalah termasuk barang mahal, sehingga butuh tabungan dan pinjaman yang memadahi. Kalau suku bunga meninggi, peluang masyarakat untuk pinjam guna beli furniture menurun.
Evolusi Demografis : Pernikahan, formasi rumah tangga, kelahiran, komposisi kelompok umur. Semakin banyak frekuensi pernikahan, semakin besar peluang untuk beli furniture, semakin banyak nuclear family, semakin banyak demand furniture.
Intensitas iklan dan marketing : Semakin besar intensitas iklan dan marketing maka semakin besar permintaan pasar.
Distribusi kekayaan : Semakin kekayaan itu terdistribusi, semakin tinggi pula permintaan, semakin tersentralisasi, semakin rendah volume permintaan.
0 comments:
Post a Comment